Makalah Analisa Pangan
KERACUNAN MAKANAN
Disusun oleh:
Christine Paulina. M. J2C 004 107
Heni Ayu Setyorini J2C 004 1
Lia Handayani. B. J2C 004 133
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2006
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Secara umum keracunan makanan
dapat terjadi apabila di dalam makanan terdapat racun (toksin), baik kimiawi
maupun intoksikasi. Sumbernya beragam. Bisa dari racun jaringan tanaman, racun
jaringan hewan, dan racun dari mikroorganisme. Jelasnya, keracunan makanan
dapat disebabkan oleh adanya racun dari mikroorganisme yang mengontaminasi
makanan, racun alamiah yang terdapat dalam jaringan hewan atau tanaman, dan
dari bahan kimia beracun yang terdapat dalam makanan.
Keracunan makanan secara biologis disebabkan mengonsumsi
bahan makanan (tanaman) yang mengandung substansi beracun. Ada beberapa spesies jamur beracun, seperti Amanita
phalloides dan A.virosa, yang dapat menyebabkan kematian. Kasus ini
pernah terjadi di daerah Tasikmalaya, ketika seorang kakek yang memakan sup
jamur kemudian meninggal dunia.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
keracunan makanan adalah dengan menggunakan standar higienis yang ketat. Secara
estetika, makanan yang baik adalah makanan yang jika disiapkan harus dalam
kondisi higienis. Tujuan higienitas makanan adalah untuk mencegah makanan
terkontaminasi mikroba penyebab keracunan makanan dan mencegah perbanyakan
mikroba penyebab keracunan pada makanan.
II. TUJUAN
2.1. Mengetahui
penyebab kontaminasi makanan
2.2. Mencegah
kontaminasi makanan sehingga aman dikonsumsi manusia
2.3. Mengetahui
cara menghindari kontaminasi atau keracunan makanan
III.
PERMASALAHAN
Dengan banyaknya peristiwa keracunan
makanan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan konsumen terhadap penanganan
bahan makanan yang akan di konsumsi serta penyebab terjadinya kontaminasi bahan
makanan, mendorong kami untuk mempelajari lebih lanjut tentang permasalahan
ini.
- Apa yang dimaksud dengan keracunan makanan?
- Apa penyebab terjadinya keracunan makanan?
- Bagaimana gejala-gejala terjadinya keracunan makanan?
- Bagaimana cara mencegah terjadinya keracunan bahan makanan?
BAB II
PEMBAHASAN
Makanan yang sudah
terkontaminasi biasanya secara visual tidak terlihat atau tampak tidak
membahayakan, misalnya dari warna, rasa, dan penampakannya normal, dan tidak
ada tanda-tanda kerusakan. Karena itu kita sering terkecoh dan mengonsumsi
makanan tersebut tanpa ada rasa curiga apa pun. Keracunan makanan adalah suatu
penyakit yang disebabkan mengonsumsi makanan yang berbahaya atau
terkontaminasi.
Keracunan makanan
disebabkan tiga sumber yaitu manusia, lingkungan, dan bahan makanan.
1. Manusia
Hal yang perlu
dilakukan seseorang untuk mencegah kontaminasi makanan adalah perlu mencuci
tangan sebelum mengolah makanan karena bakteri S. aureus dapat menempel
pada permukaan kulit. Mencuci tangan dapat mengurangi risiko perpindahan
bakteri Salmonella dan C. perfringens dari tinja ke bahan pangan.
Pada perusahaan makanan ada peraturan yang mewajibkan pekerjanya untuk mencuci
tangan setelah merokok, batuk, bersin dan setelah menggunakan sapu tangan.
Menurut peraturan
higienitas makanan, fasilitas pencucian tangan yaitu bak pencuci harus
dilengkapi dengan air panas dan air dingin, ada sabun, penyikat kuku, tisu atau
alat pengering tangan. Selain itu, pekerja tidak boleh menggunakan perhiasan
dan berkuku panjang, harus memakai pakaian pelindung yang selalu dicuci secara
teratur, kain penutup kepala, juga menjaga kesehatannya.
2. Lingkungan
Lingkungan yang
bersih akan menunjang kesehatan, karena itu selain dapur yang harus
diperhatikan kebersihannya, alat-alat pengolahan pun harus selalu dicuci secara
teratur. Pencucian yang baik dilakukan dengan menggunakan suatu bak pencuci
yang berisi deterjen, bak pencuci yang berisi air dingin dengan disinfektan,
dan bak air pembilas. Suhu pembilas sebaiknya antara 77 - 100°C.
Bangunan harus
dirancang dengan baik yaitu dinding, atau lantai harus mudah untuk dibersihkan,
selain itu harus memiliki ventilasi yang memadai.
3. Bahan makanan
Penanganan bahan
makanan perlu dilakukan dengan hati-hati. Daging (sapi, kambing) dan daging
unggas harus dimasak sempurna agar bakteri patogen dan sporanya mati. Waktu
pemasakan harus cukup lama untuk menjamin tercapainya suhu yang dapat merusak
bakteri dan spora. Jika makanan disimpan dalam kondisi panas sebelum disajikan,
maka suhunya harus di atas 63°C agar bakteri tidak berkembang biak. Sedangkan
dalam sajian dingin, maka suhunya adalah di bawah 10°C sampai dihidangkan.
Jika makanan panas
akan disajikan kembali belakangan, maka harus dimasak cepat sebelum diletakkan
dalam lemari pendingin. Makanan tidak boleh langsung dimasukkan ke lemari
pendingin karena panas akan berpindah ke makanan lain yang disimpan dan
memperbanyak bakteri.
Beberapa produk
makanan seperti makanan kalengan, makanan kering harus disimpan dalam lemari
pendingin karena pendinginan merupakan metode untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroba. Hampir semua bakteri patogen hanya mampu memperbanyak diri dengan laju
yang lambat pada suhu di bawah 10°C, karena itu makanan yang disimpan di lemari
es cukup aman.
Daging dan ikan
harus disimpan pada bagian yang terdingin dalam lemari es, yaitu bagian freezer.
Sedangkan buah-buahan dan sayuran baik disimpan pada suhu yang sedikit lebih
tinggi yaitu pada dasar lemari es. Bahan makanan yang mentah harus dipisahkan
dengan makanan olahan (yang sudak dimasak) untuk menghindari kontaminasi silang
bakteri penyebab keracunan makanan.
Pencairan makanan
beku (ikan atau daging) harus dilakukan dengan hati-hati, yaitu makanan beku
dibiarkan mencair pada suhu dingin, sebaiknya dalam lemari es. Jangan dicairkan
dalam air hangat karena akan mendorong pertumbuhan mikroba.
Keracunan makanan
sejatinya gejala klinis atau gangguan kesehatan akibat mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi racun. Bisa berasal dari bahan kimia, racun alami makanan, atau
mikroorganisme.
Kalau terjadi akibat bahan kimia, biasanya itu gara-gara kecerobohan atau kesengajaan. Bahan itu di antaranya sianida, pestisida yang digunakan berlebihan pada produk pertanian, dan bahan kimia rumah tangga.
Kalau terjadi akibat bahan kimia, biasanya itu gara-gara kecerobohan atau kesengajaan. Bahan itu di antaranya sianida, pestisida yang digunakan berlebihan pada produk pertanian, dan bahan kimia rumah tangga.
Makanan yang dari
sononya sudah menyimpan racun juga bisa menimbulkan keracunan. Biasanya akibat
pengolahan atau pemasakannya kurang sempurna atau dikonsumsi mentah-mentah.
Contoh, singkong dan daunnya mengandung zat amidalin. Sewaktu-waktu
asam sianidanya dapat terlepas dari ikatannya sehingga bisa menimbulkan
keracunan sianida. Biji jengkol mengandung asam jengkol yang sukar larut dalam
air. Kentang dengan racun solanin bisa menimbulkan gejala muntah-muntah, diare,
sakit kepala, sakit perut, dan badan lemah.
Pada dasarnya semua
bahan kimia
adalah beracun. Efek atau pengaruhnya? terhadap kesehatan sangat? berbeda-beda
dan tergantung dari jumlah zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Contohnya
senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainanan genetik atau keracunan. Sedangkan
senyawa organik yang mengandung cincin
benzena, senyawa nikel, dan chrom dapat bersifat karsinogenik atau
menyebabkan terjadinya kanker.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan dapat mempunyai ataupun tidak mempunyai nilai gizi.
Bahan tambahan makanan berfungsi sebagai penambah
citarasa, tekstur, pengental, pemanis, pewarna,
pengawet, dan penguat rasa serta aroma. Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan yaitu asam
borat dan senyawanya, formalin, minyak nabati yang dibrominasi, asam dietil
pirokarbonat, Rhodamin B, Ponceau 3R, Violet 6B, Orange G, Orange RN, dan
lain-lain.
Hal itulah yang
menyebabkan sering timbulnya masalah keracunan makanan, baik massal maupun
individual. Hal tersebut seharusnya tidak akan terjadi jika produsen memahami
arti kebersihan dan keselamatan makanan. Selain itu, peraturan yang tegas dari
pemerintah sangat diperlukan untuk mengontrol kualitas dan keamanan dari setiap
jenis makanan yang diproduksi.
Gejala-gejala keracunan
akan tampak dalam waktu 24 sampai 72 jam setelah makan racun tersebut dengan
gejala lesu, sakit kepala, dan pusing. Diare terjadi pada permulaan tetapi
akhirnya penderita tidak bisa buang air besar. Sistem saraf pusat terganggu dan
terjadi gangguan pada penglihatan, sulit bicara, terjadi kelumpuhan pada otot
tenggorokan. Kematian dapat terjadi karena pusat pernapasan mengalami
kelumpuhan.
Tahukah anda bahwa
30 persen penyakit yang bersumber pada makanan disebabkan makanan yang tidak
dipilih, disimpan atau dimasak dengan baik. Akibatnya dapat bermacam-macam,
yaitu kejang perut, muntah dan diare.
Walaupun demikian,
sebagian besar dari penyakit yang bersumber dari makanan yang rusak tidak
mematikan, dan tidak menyebabkan sakit yang lama, namun dapat berakibat fatal
pada usia sangat tua atau sangat muda (bayi atau balita); sedang mengidap suatu
penyakit atau mempunyai kerusakan pada sistem imunitas (kekebalan) tubuh.
Jenis
mikroorganisme mikroorganisme yang sering menimbulkan penyakit pada makanan
yang tidak disimpan atau dirawat dengan benar adalah :
- 7 jenis bakteri atau yaitu salmonella, campylobacter jejuni, staphylococcus aureus, clostridium perfringens, vibrio vulnificus, listeria manocytogen dan shigella,
- 2 jenis protozoa : Giardia lamblia dan entamoeba histolyca dan,
- virus Hepatitis A
Mikroorganisme
tersebut kebanyakan hidup pada bahan makanan (mentah) berupa daging unggas,
telur, susu, santan kelapa, ikan, sayuran yang diberi terkontaminasi pupuknya.
Dari semua
bahan makanan tersebut, yang paling banyak menimbulkan resiko terkontaminasi
atau teracuni oleh bakteria adalah daging unggas (mis : daging ayam) dan telur .
Lalu bagaimana agar kita dapat terhindar dari mahluk-mahluk kecil
itu ?
·
Pada saat belanja di pasar atau
swalayan, ambillah dahulu belanjaan selain makanan, kemudian bahan makanan yang
dikemas atau kalengan dan yang
terakhir baru makanan segar seperti daging, sayur dan
telur.
·
Periksalah bahan makanan
kalengan, jangan mengambil jika terlihat kemasan rusak, menggelembung, penyok
dan sebagainya.
·
Jangan sekali-kali membeli
makanan kalengan yang sudah kadaluwarsa.
·
Jangan minum susu san makan
telur atau ikan mentah apalagi jika menderita sakit atau mempunyai kelainan
pada sistem imunitas (kekebalan) tubuh.
·
Sebelum membeli telur, periksa
benar-benar kesegarannya dan apakah betul-betul tidak retak atau bocor.
·
Jika membeli makanan jadi,
pilihlah yang dijual pada tempat yang terjaga kebersihannya.
·
Keracunan karena kerang dan
makanan laut lainnya sering kita dengan, jadi perlu kita ekstra hati-hati dalam
memilihnya.
·
Bila perjalanan kita lebih dari
satu jam setelah belanja makanan segar sedapatnya taruhlah daging dan makanan
yang mudah rusak dalam satu wadah yang berisi es.
·
Ada beberapa hal
yang perlu anda perhatikan pada penyimpanan makanan dalam lemari es.
Ø Segera simpan daging, sayur, susu, telur dan bahan makanan segar
lainnya kedalam lemari es.
Ø Buanglah makanan yang sudah disimpan terlalu lama
Ø Seringlah periksa apakah lemari, bekerja baik atau pada temperatur
yang sesuai.
Ø Periksalah dan jangan biarkan air daging mentah menetes dan mengenai
makanan lainnya di lemari es anda.
Ø Simpanlah telur di tempat yang dalam, jangan pada sisi pintu.
Ø Jangan biarkan makanan menumpuk, seringlah memilih makanan di
dalamnya dan buang segera jika sudah ada tanda-tanda rusak atau berjamur.
·
Jangan menyimpan makanan di
bawah tampat cuci piring atau dekat bahan-bahan pembersih alat rumah tangga.
·
Jangan biarkan makanan hangat
atau dingin pada suhu kamar terlalu lama.
·
Jika anda ingin makan telur
setengah matang, rebuslah telur sampai kuning telur agak keras dan putih telur
keras.
·
Masaklah ikan sampai matang.
Lebih baik ikan di makan segera setelah matang
·
Jangan biarkan makanan masak
lebih dari dari dua jam begitu saja. Bungkuslah makanan dalam kemasan-kemasan
dan disimpan dalam lemari es.
·
Jangan simpan makanan sisa
lebih dari tiga hari di lemari es.
·
Melelehkan makanan beku harus
dengan air dingin biasa, jangan diamkan pada suhu kamar.
·
Jangan mencicipi makanan yang
anda telah duga sudah rusak.
·
Selalu mamanasi makanan sampai
sedikitnya bersuhu 165o F atau 75o C.
·
Benar-benar cuci bersih semua
alat-alat masak termasuk talenan setelah dipakai, terutama setelah memotong
daging ayam.
·
Jangan memotong sayuran di
talenan bekas memotong daging sebelum talenan dicuci. Perlu diingat bahwa talenan
kayu lebih dapat terkontaminasi oleh bakteria dibandingkan dengan talenan
terbuat dari plastik. Tetapi talenan terbuat dari bahan apapun harus dicuci
dengan sabun setelah dipakai.
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah
memotong daging apalagi daging ayam. Jangan mengerjakannya bila terdapat luka
pada tangan.
·
Cuci dan simpanlah semua alat
masak termasuk pembuka kaleng, parutan ataupun ulekan dalam keadaan bersih.
Mesin penghalus daging, bumbu atau bahan makanan lain juga harus dicuci segera
setelah habis dipakai.
·
Jangan menaruh daging matang
pada piring bekas menaruh daging mentah.
·
Cuci bersih semua buah dan
sayur dengan air mengalir.
Kiranya tips diatas dapat bermanfaat dalam mencegah penyakit yang
diakibatkan makanan yang terkontaminasi. Meskipun jarang berakibat fatal,
sebaiknya kita menghindari keracunan karena makanan dengan memperhatikan cara
mengolah dan menyimpan makanan yang akan kita makan.
Ada enam langkah
mencegah keracunan seperti dimasyarakatkan Departemen Kesehatan RI.
Tidak cuma untuk sektor industri, tapi bisa pula untuk tingkat rumah tangga.
§ Pemilihan bahan makanan
§ Penyimpanan bahan makanan mentah
§ Pengolahan bahan makanan
§ Penyimpanan bahan makanan jadi
§ Pengangkutan
§ Penyajian
Semua itu
bertujuan menyediakan makanan sehat dan aman dikonsumsi, dengan menekankan
pentingnya aspek higienis dan sanitasi. Sanitasi adalah upaya
penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi dari
bahan makanan sampai dengan makanan siap saji (FAO dan WHO, 2003). Sedangkan
tujuan sanitasi adalah mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan siap saji
sehingga aman dikonsumsi oleh manusia. Kontaminasi terjadi saat agen biologi,
fisika atau kimia yang ada di lingkungan masuk ke dalam bahan makanan saat
pengolahan maupun penanganan. Pendekatan yang diambil untuk mencegah
terjadinya kontaminasi adalah membersihkan alat-alat dan permukaan daerah yang
mungkin kontak dengan bahan makanan dan mensterilkan alat dan permukaan
tersebut. Tujuan dari tindakan pembersihan adalah untuk menghilangkan tanah dan
partikel bahan makanan dari daerah permukaan yang akan dipakai untuk mengolah
makanan, misalnya peralatan dapur, meja dapur, talenan, daerah sekitar kompor,
dan sebagainya. Biasanya, tindakan pembersihan meliputi dua langkah,
yaitu pencucian dengan larutan deterjen dan pembilasan dengan air yang
mengalir. Tindakan sanitasi atau sterilisasi dilakukan setelah pembersihan dan
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme hingga sampai pada
batas aman. Daerah permukaan yang telah dibersihkan dapat direndam dalam
air panas (171°F selama 30 detik) atau dibilas dengan senyawa kimia (Taylor, E
dan Kane K, 2004).. Agar tindakan sanitasi efektif, tindakan pembersihan
yang dilakukan sebelumnya juga harus efektif. Tanah atau partikel bahan
makanan yang tersisa akan melindungi mikroorganisme dari pengaruh air panas
atau senyawa kimia yang digunakan untuk sanitasi.
Biasanya, bahan makanan dibagi menjadi dua jenis: yang tidak mudah
rusak dan tahan lama, serta yang mudah rusak. Yang tahan lama biasanya dibeli
dalam jumlah besar dan disimpan sebagai persediaan. Sedangkan yang mudah rusak
lebih sering dibeli dadakan. Saat belanja inilah tahap pemilihan bahan makanan
mulai dilakukan. Pemilihan bahan akan lebih efektif bila dibeli dalam jumlah
terbatas. Khusus untuk makanan mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan
saat pengolahan. Lalu seleksi makanan yang tidak mudah rusak dilakukan saat
penyimpanan. Yang berkondisi tidak baik disingkirkan agar tidak mencemari bahan
makanan lain yang berkondisi baik.
Menyimpan bahan makanan yang tidak
mudah rusak dan yang mudah rusak juga perlu dibedakan. Yang gampang rusak
disimpan di lemari es atau gudang berpendingin. Yang awet cukup ditaruh di
gudang biasa atau lemari bahan makanan. Yang penting, tempatnya bebas tikus,
menerapkan prinsip FIFO (first in first out), mudah dibersihkan, dan penempatannya
dipisahkan dari bahan kimia.
Pengolahan bahan makanan menjadi
makanan siap santap, yang merupakan salah satu titik rawan terjadinya
keracunan. Banyak kasus keracunan terjadi karena tenaga pengolahnya tidak
memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Soal sepele seperti kebersihan kuku,
pakaian kerja, dan rambut sering diabaikan, padahal bisa berakibat fatal.
Perilaku kurang baik, macam merokok saat mengolah makanan, tidak mencuci tangan
setelah dari kamar kecil, dan tetap mengolah makanan meskipun dalam keadaan
sakit memperbesar risiko terjadinya keracunan. Sesudah diolah, makanan umumnya
disimpan lebih dulu, lalu diangkut untuk disajikan. Terjadinya kontaminasi pada
tiga tahap terakhir bisa sangat berbahaya, karena makanan sudah dalam keadaan
matang atau siap santap.
Khusus untuk di rumah, hati-hati
dengan makanan setengah matang. Jangan pernah menyimpannya secara sembarangan
hanya karena berpikiran akan dimasak lagi. Bisa jadi suhu untuk memanaskan
makanan menjadi setengah matang tidak cukup untuk membunuh kuman. Jadi, lebih
baik simpan makanan setengah matang dalam wadah tertutup untuk menghindari
kontaminasi. Lalu, panaskan sampai sempurna ketika hendak disajikan. Sebagian
besar bakteri akan tewas oleh panas.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini selesai
dibuat. Kiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana
cara mencegah dan menghindari terjadinya keracunan makanan serta mengetahui
penyebab terjadinya keracunan (kontaminasi) makanan tersebut.
3.1. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai berikut:
v Penyebab keracunan makanan berasal dari manusia, lingkungan,
dan bahan makanan itu sendiri.
v Cara mencegah terjadinya kontaminasi meliputi beberapa hal yaitu
sanitasi, pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan mentah, pengolahan
bahan makanan jadi, pengangkutan dan penyajian.
No comments:
Post a Comment