Sunday 26 August 2012

Percobaan Iodo/Iodimetri



PERCOBAAN 4
IODO/IODOMETRI


I.TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Membuat larutan standar Na2S2O3 dan melakukan standarisasi larutan yang telah dibuat
1.2 Membuat larutan standar tiosianat untuk keperluan analisis iodometri
1.3 Menentukan jumlah Cu dalam suatu senyawa
1.4 Memahami dan mempelajari aplikasi reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi dengan yodium sebagai dasar analisis

II.DASAR TEORI
2.1 Proses iodimetri atau iodometri langsung
Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi dengan iod adalah tiosulfat, arsen (III), strontium (III), sulfida, sulfit, timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari beberapa zat ini bergantung pada konsentrasi ion hidrogen dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu dibuat kuantitatif.
Iod membentuk komplek triiodida dengan iodida
I2             +          I-                      I3-
Iod cenderung dihidrolisis dengan pembentuk asam klorida dan hipoiodit
I2             +          H2O              HIO        +  H+     + I-
Larutan  iod biasanya distandarkan terhadap standar primer yang paling lazim digunakan As2O3. Daya mereduksi HAsO2 tergantung pada pH.
HAsO2   + I2  + 2H2O     +H3AsO4                2H+             +   2I-
                                                                                                (Underwood,1986)


2.2 Proses iodometri atau tak langsung
Banyak zat pengoksidasi kuat dapat dianalisi dengan menambahkan kalium iodide berlebih dan menitrasi ion yang berlebihan karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran Titrasi dengan arsen (III) memerlukan larutan yang sedikit basa.
Ion iodide dapat dioksidasi oleh oksigen dari luar
            4H+      + HI-    + O2                                  2I2        2H2O
Kalium iodide haruslah bebas dari iodidat karena kedua zat ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan membebaskan iod
IO3-      +          5I-     +  6H+                           3I2    3H2O
                                                                                    (Underwood,1986)
2.3 Reaksi redoks
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor , atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi . Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa, tidak kepada atom saja.
                                                                                                            (Khopkar, 1990)
2.4 Indikator kanji
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indiator sendiri. Iod  juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut seperti karbon tetra klorida atau klorofom, dan kadang-kadang ini digunakan dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan (dispesi koloid) kanji, karena warna biru tua kompleks pati iod berperan sebagai ui kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodide.
                                                                                                (Underwood, 1986)
2.5 Kalium iodide
Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimeter, sedangkan yang menggunakan larutan iodide sebagai pentiter disebut iodometri. Pada titrasi iodometri digunakan cara titrasi tidak langsung. Di sini, oksidator ditambah dengan larutan kalium iodide berlebihan dan iodium yang dilepaskan (setara jumlahnya dengan oksidator) dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat sesuai dengan bagan reaksi berikut:
                    Ox + 2I-    = I2 + red
                I2 + S2O32-   = 2I- +  S4O62-
Dari paro pasangan redoks S4O62-/ S2O32- yang berlangsung menurut persamaan reaksi berikut :
S4O62- + 2e  =  2S2O32-                       Eo : +0,09 V
Terlihat bahwa bobot tara Na2S2O3 sama dengan bobot rumusnya. Sedangkan larutan baku tiosulfat dibuat secara kira-kira, kemudian dibakukan dengan zat baku utama kalium bikromat.
                                                                                                            (Rivai, 1995)
2.6 Tembaga
Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primar untuk natrium tiosulfat dan disarankan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menentukan tembaganya.
Iodin adalah agen pengoksidasi yang lebih baik dibanding ion Cu (II). Namun ketika ion iodide ditambah kedalam sebuah larutan Cu (II), endapan CuI terbentuk.
2Cu2+    +  4I-                2CuI + I2
                                                                                                (Underwood,1986)
2.7 Penentuan Susunan Ion Halida yang Kompleks
Iod jauh dapat larut dalam larutan kalium iodide dalam air daripada dalam air, ini disebabkan oleh erbentuknya ion triiodida I3-. Kesetimbangan berikut belangsung dalam suatu larutan sepert itu.
I2  + I-           I3-
Jika larutan itu dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat , konsentrasi iod total sebagai I2 bebas dan I3- tak bebas ,diperoleh karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan tiosulfat , sejumlah iod baru dibebaskan dari triiodida agar keseimbangan tidak terganggu. Namun, jika larutan dikocok dengan karbon tetra klorida, dalam mana ion saja yang dapat larut cukup banyak , maka iod dalam lapisan organik berada dalam keseimbangan dengan iod bebas dalam larutan air . Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbontetraklorida, konsentrasi ion iod dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan ini dari iod total, diperoleh konsentrasi ion tak bebas (sebagai I3-), dengan mengurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodide, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan kesetimbangan
                                                                 
(Vogel,1985)
2.8 Analisa Bahan
2.8.1 Na2S2O3
- Bentuk kristal putih dengan rasa dingin pahit
- Larut dalam air dan minyak terpentin, tidak larut dalam alkohol
- Dapat membentuk asam sulfat dan sulfur dalam larutan air
- Biasanya tersedia dalam bentuk Na2S2O3.5H2O
(Pringgodigdo, 1973)
2.8.2 Akuades
- BM = 18,016; titik didih = 100 oC; titik leleh = 0 oC
- Cairan tak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
- Larut dalam dietil alkohol dan dietil eter , bersifat polar dan pH = 7
                                                                                          (Basri,1996)
2.8.3 HCl
- Asam klorida, gas berasap tan warna
- Titik leleh = -114oC; titik didih = -85 oC
- Dibuat dengan mereaksikan natrium klorida dengan asam sulfat pekat, asam kuat dan berdisosiasi sempurna dalam larutan (asam hidroklorat)
                                                                                          (Daintith,1994)
2.8.4 NH4OH
- Tidak berwarna sangat berbau,
- Densitas(25oC) =0,9; titik leleh = -74 oC; titik didih = -30,9 oC
- Larut dalam air dan alkohol
- Reaksi eksoterm dengan H2SO4 maupun asam mineral kuat
2NH4OH   + H2SO4               (NH4)SO4   + 2H2O
                                                                                          (Daintith,1994)
2.8.5 K2Cr2O7
- Padatan kristal berwarna merah dan bersifat racun
- Larut dalam air
- bersifat oksidator kuat
- Titik leleh = 396oC; densitas =2,76 g/mL
- Terdekomposisi pada suhu 500 oC
                                                                                                            (Mulyono, 1997)
2.8.6 KI
- Padatan kristal putih
- Karena udara atau cahaya, larutan jernihnya dapat berubah warna kuning muda (terbentuknya I2)
- Dapat melarutkan I2 membentuk KI3
- Titik leleh = 686 oC; titik didih =  1330 oC; densitas = 3,1 g/mL
                                                                                          (Mulyono, 1997)
2.8.7 CuSO4
- Berbentuk kristal biru, berwarna putih saat terdehidrasi
- beracun, massa jenis = 2,284
- agak larut dalam gliserin, larut dalam air
                                                                                          (Daintith,1994)
2.8.8 Indikator amilum
- putih, amorf, tidak berasa
- tidak larut sempurna dalam air dingin, alkohol eter
- membentuk gel dengan air panas, terdekomposisi saat di panaskan
                                                                                          (Basri, 1996)

III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- gelas ukur
- buret
- gelas beker
- pipet tetes
- pengaduk
- corong
- Erlenmeyer
3.1.2 Bahan
- Na2S2O3
- HCl
- KI
- CuSO4
- NH4OH
- Akuades
- Indikator amylum
- K2Cr2O7
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Standarisasi larutan Na2S2O3


 



                                                               Pengenceran dengan 50 mL Akuades
                                                               Penambahan 3m L HCl pekat
                                                               Penambahan 15 mL KI 1N
                                                               Penambahan indikator amilum
                                                               Penitrasian dengan Na2S2O3
Hasil
 
                                                                
                                                             

3.2.2 Menetapkan Cu dalam CuSO4


 



                                                                               
                                                            Penetralan dengan NH4OH
                                                            Penambahan 12,5 mL KI 1 N
                                                            Penitrasian dengan Na2S2O3
                                                            Penambahan indikator amylum
                                                            Penitrasian dengan indikator amilum
Hasil
 
 


3.2.3 Menentukan larutan yodium
12,5 mL larutan yodium
 
                                   


Erlenmeyer
 
 


                                               
                                                            Penitrasian dengan Na2S2O3
                                                            Penambahan indikator amilum
                                                            Penitrasian dengan Na2S2O3


Hasil
 
 




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan iodo/iodimetri ini bertujuan untuk melakukan standarisasi larutan Na2S2O3 yangtelah dibuat dengan menggunakan larutan standar primer K2Cr2O7, menentukan jumlah Cu yang terkandung dalam CuSO4 dan menentukan larutan iodium. Prinsip dari percobaan ini adalah titrasi oksidasi reduksi dengan yodium sebagai dasar analisis. Dimana dalam percobaan ini ion iodide digunakan sebagai again pereduksi (iodometri) sedangkan iod digunakan sebagai agen pengoksidasi (iodimetri). Dalam percobaan ini Na2S2O3 digunakan sebagai titran hal ini dikarenakan banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodine, larutan Na2S2O3 tidak stabil dalam jangka waktu yang lama, sehingga perlu dilakukan stndarisasi untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dengan menggunakan larutan standar primer

1. Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
Dalam proses iodimetri  biasanya digunakan larutan standar natrium tiosulfat. Larutan Na2S2O3 perlu distandarisasi karena larutan Na2S2O3 tidak stabil dalam jangka waktu yang lama. Bila disimpan lama, bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu  dan dalam proses metaboliknya akan mengakibatkan penmbentukan SO3-, SO42- dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan untuk menyimpan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan ditambah merkuri iodide, kloroform, natrium karbonat atau boraks sebagai pengawet. Tiosulfat mudah diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan susu. Reaksi :
S2O32-     + 2H+               H2S2O3             -->           H2SO3     +      S(s)
(Underwood,1986)
Tetapi reaksi pembentukan itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasi kan kedalam larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian. Berkurangnya normallitas juga dikarenakan :

Oksidasi oleh oksigen di udara  
2Na2S2O3  +   O2     -->       2NaSO4   +  S
(Vogel,1985)
Dekomposisi dalam pelarut air
S2O32-    +  H+        -->      S  +  HSO3-
(Vogel,1985)
Pada standarisasi Na2S2O3 ini digunakan larutan standar primer berupa K2Cr2O7 karena K2Cr2O7 merupakan oksidator kuat yang mempunyai berat ekuivalen yang cukup tinggi, tidak higroskopis dan padatan atau larutan yang amat stabil.
K2Cr2O7 ini mula-mula diencerkan untuk membuatnya lebih encer dan menciptakan larutan yng berair. Akaemudian ditambahkan HCl sebagai pencipta suasana asam. HCl dalam larutannya akan terdisosiasi membebaskan proto H+
HCl         -->  H+ +  Cl-
Kemudian dalam larutan tersebut ditambah KI. KI  menyumbangkan ion iodide ebagai agen pereduksi, yang kemudian ion iodide ini bereaksi dengan K2Cr2O7 menghasilkan iod bebas. Reaksi ini berlangsung dalam suasana asam
-->Cr2O7    +  6I-  +  14H+             2Cr3+   +  3I2 +  7H2O
                                                                                       (Underwood, 1986)

Iod bebas hasil reaksi tersebut kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan menggunakan indikator amilum. Indikator amilum ditambahkan ditengah-tengah titrasi untuk mendeteksi adanya iod bebas. Dan ketika ditambahkan amilum terbentuk warna biru berarti terbentuk kompleks iod dengan b-amilosa. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru karena iodine bereaksi dengan tiosulfat. Reaksi :

I2              +  2S2O32-     -->        2I-  +   S4O62-
(Underwood,1986)
  Dari hasil titrasi, volume Na2S2O3 yang diperlukan adalah 19.8 mL dengan      konsentrasi 0.0631 N

2. Menetapkan Cu dalam larutan
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan bila tiosulfat harus digunakan untuk menetapkan tembaga. Larutan yang digunakan adalah CuSO4  yang kemudian ditambah KI yang bertujuan untuk menghasilkan iod bebas.  Reaksi :
2Cu2+       + 4I-    -->             2CuI(S) + I2
                                                                                                                             ( Underwood, 1986 )
)
Agar reaksi berjalan kekanan penambahan ion iodide harus berlebih dan pH larutan harus dijaga dengan sistem larutan buffer, untuk itu ditambahkan NH4OH. Karena pada pH yang lebih tinggi hidrolisis parsial dari ion Cu (II) akan terjadi, dan reaksi dengan ion iodide akan berjalan lambat.Dan dalam larutan yang asam terjadi oksidasi (oleh udara) ion iodide yang dikatalisis oleh tembaga pada laju yang berarti.
Selanjutnya iod babas dititrasi dengan Na2S2O3. Pada  titrasi ini larutan menjadi berwarna kuning.Iod mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat.Reaksi :
I2              + 2S2O32-      -->         2I-   +  S4O62-
                                                                                                                          ( Underwood, 1986 )
)
Pemberian indikator amilum diberikan saat mendekati titik akhir titrasi atau pada pertengahan titrasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada iod bebas yang terbentuk. Warna biru yang terjadi adalah warna dari komplek iod-kanji yaitu ikatan antara iod dengan β-amilosa. Titik akhir reaksi ditandai berubahnya warna biru menjadi jernih, ini berarti semua iod bebas yang terbentuk bereaksi dengan ion S2O32-. Dari percobaan didapatkan massa Cu adalah 29,76 gram.

3. Menentukan larutan yodium
Dalam penetapan larutan yodium, larutan yodium langsung dititrasi dengan Na2S2O3. Iod akan mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat.Reaksi yang terjadi:
I2               + 2S2O32-       -->      2I-   +  S4O62-
                                                                                                                           ( Underwood, 1986 )
)
Kemudian ditambahkan larutan amilum, terbentuk warna biru yaitu komplek iod-kanji. Warna biru terbentuk karena ikatan antara iod dan β-amilosa. Penambahan ini bertujuan untuk memastikan  adanya iod bebas.Titik akhir reaksi ditandai dengan berubahnya warna biru menjadi warna jernih karena semua iod bebas bereaksi dengan ion S2O32- . Didapatkan konsentrasi yodium adalah 0,114 N.



V. KESIMPULAN
5.1 Konsentrasi Na2S2O3 adalah 0,063 N
5.2 Massa Cu yang terkandung dalam CuSO4 adalah 29,76 gram
5.3 Konsentrasi yodium adalah 0,114 N



VI DAFTAR PUSTAKA
Basri, Sarjoni,1996, “Kamus Kimia”,  Rineka Cipta, Jakarta.
Daintith, John, 1994, “Kamus Lengkap Kimia”, Erlangga, Jakarta.
Khopkar,S.M., 1990,”Konsep Dasar Kimia Analitik”,  UI-Press, Jakarta.
Mulyono,H.A.M., 2001,”Kamus Kimia”, Genesindo, Bandung.
      Pringgodgdo,A.G.,1973, ”Ensiklopedi Umum”,  Yayasan Para Buku Franklin,      Jakarta.
Rivai, Harrizul, “Asas Pemeriksaan Kimia”,  UI-Press, Jakarta.
Underwood,A.L.,Day,R.A.,1986,”Analisis Kimia Kuanitatif”,  Erlangga, Jakarta.
Vogel,1985,”Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”,  Kalman Media Pusaka, Jakarta.






VII. LAMPIRAN
      7.1. Data Pengamatan.
No.
                    Perlakuan
                     Hasil
1.










2.











3.
Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7.
K2Cr2O7  +  aquades.
+ HCl
+KI 1N
+ amilum
+Na2S2O3
Volume Na2S2O3 untuk titrasi.

Menentukan Cu dalam CuSO4
CuSO4 + NH4OH
+ KI
+ Na2S2O3
+ amilum
+ Na2S2O3
Volume Na2S2O3 untuk titrasi

Menentukan larutan yodium
Larutan yodium + Na2S2O3
+ amilum
+ Na2S2O3
Volume Na2S2O3 untuk titrasi

Warna orange
Warna orange
Warna merah tua
Warna biru
Warna hijau
19,8 mL


hijau kecoklatan
merah tua
kuning
biru tua
jernih
15 mL


kuning
biru tua
jernih
22,3 mL dan 23 mL





      7.2. Perhitungan
      1. standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
            V Na2S2O3 = 19,8 mL
            V K2Cr2O7 = 12,5 mL
            [ K2Cr2O7] = 0,1 N

            V K2Cr2O7 . N K2Cr2O7 = V Na2S2O3 . N Na2S2O3
                      12,5 mL . 0,1 N    = 19,8 mL . N Na2S2O3
                                     1,25 N   = 19,8 N Na2S2O3
                               N Na2S2O3   = 0,063 N.

      2. menentukan Cu dalam CuSO4
            V Na2S2O3 = 15 mL
            V CuSO4   = 12,5 mL

            V Na2S2O3 . N Na2S2O3 = V CuSO4 . N Na2S2O3
                       15 mL . 0,063 N = 12,5 mL . N CuSO4
                                    0,945 N = 12,5 . N CuSO4
                                  N CuSO4 = 0,0756 N.
            Massa CuSO4 =
                                    =
                                    = 75,36 mgram



             =
             =
                   massa Cu = 29,76 mgram.


      3. menentukan larutan yodium
            titrasi I V Na2S2O3 = 22,3 ml
            titrasi II V Na2S2O3 = 23 mL
                          V Na2S2O3 rata-rata = 22,65 mL
                          V yodium = 12,5 mL

            V Na2S2O3 . N Na2S2O3 = V yodium . N yodium
                    22,65 ml . 0,063 N = 12,5 mL . N yodium
                                 1,42695 N = 12,5 N yodium
                                  N yodium = 0,114 N

                         
           
           








LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISIS KUANTITATIF

IODO/ IODIMETRI
KELOMPOK 4 A

Didi  Hidayat                      J2C 004 111
                                       Layyinatul Munawaroh    J2C 004 132
                                       Lia Handayani. B.              J2C 004 133
                                       Ninda Astuti                       J2C 004 135
                                       Nur Afifah                          J2C 004 136


LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2006

No comments:

Post a Comment