I . TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari praktikum
Mikrobiologi Umum adalah untuk mengetahui cara-cara memperoleh biakan murni
berbagai jenis mikroba sesuai yang diinginkan. Selain itu juga dapat mengetahui
cara-cara dan prinsip-prinsip dari sterilisai peralatan dan dapat mengetahui
prosedur pewarnaan bakteri.
Manfaat dari pelaksanaan
praktikum Mikrobiologi Umum agar dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
mikroba. Hal ini penting karena mikroba mempunyai banyak pengaruh dan peranan
yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah
perlakuan yang membebaskan benda yang teliti dari semua organisme hidup. Hal ini dapat dicapai dengan memberi bahan
mematikan secara fisis atau kimiawi, atau dengan penyaringan untuk larutan
khusus (Fardiaz, 1989). Menurut Arthur (1962) sterilisasi yang umum
dilakukan antara lain sterilisasi kering, sterilisasi basah, penyaringan,
sterilisasi kimia dan sterilisasi dengan radiasi. Sterilisasi kering dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan api atau oven (sterilisator udara
panas) (Arthur, 1962). Sterilisasi basah
dapat dilakukan dengan menggunakan air, yang dimanfaatkan adalah uap airnya
dalam proses sterilisasi. Sterilisasi basah dilakukan dengan
menggunakan autoclave atau sterilisator uap (Arthur et al., 1962).
Pada
pemanasan lembab, sel-sel bakteri atau fungi sudah dimatikan pada suhu 600C
dalam waktu 5 – 10 menit. Spora ragi fungi baru mati diatas 800C dan
spora bakteri baru mati diatas 1200C selama 15 menit (Robinson,
1990) Semakin tinggi kontaminasi jadi
makin banyak jumlah spora yang termos
resisten, diperlukan pemanasan yang semakin lama.(Arthur et
al., 1962) Untuk
mencapai suhu yang lebih tinggi daripada titik didih air digunakan Autoklaf.
Autoklaf adalah alat penampung uap yang digunakan untuk sterilisasi larutan
dengan panas, yang biasanya dikerjakan didalam sebuah bejana metal. Autoklaf
yang banyak digunakan di laboratorium adalah autoklaf vertikal. Autoklaf
vertikal ini terdapat penunjuk suhu, penunjuk tekanan, serta pengatur uap atau
udara dan terdapat tutup pengaman (skrup). (Schlegel dan Schmidt, 1994)
Pada prinsipnya
sterilisasi menggunakan autoklaf adalah dengan memanfaatkan tekanan tinggi uap
air jenuh. Tekanan yang digunakan sebesar 2 atm atau 15 lb/in2 pada
suhu 1210C selama 15 – 20 menit. Autoklaf biasanya digunakan untuk
mensterilkan medium baik yang berasal dari agar, kaldu maupun dari air susu.
Apabila medium besar disterilkan, maka waktu yang diperlukan akan lebih
panjang, karena panas memerlukan waktu untuk menembus bahan tersebut.. didalam
autoklaf spora bakteri langsung mati dengan suhu 1210C dengan
tekanan 2 atm hanya jika udara seluruhnya terdiri dari uap (Schlegel dan
Schmidt, 1994)
2.2.
Pembuatan Medium
Medium adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan
mikroorganisme. Medium agar merupakan salah satu tehnik yang sangat baik untuk
memisahkan mikroba sehingga dapat diketahui masing–masing. (Fardiaz, 1989) Dasar
makanan yang paling baik bagi pemeliharaan dan pembiakan bakteri adalah medium
yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa
makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. (Pleczar, 1988) Media biakan yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, semi padat dan
cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang
merah. Agar digunakan sebagai bahan pemdat karena tidak diuraikan
mikroorganisme, dan membeku pada suhu di atas 45°C. Kandungan agar sebagai
bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2% (Lay, 1994).
2.3.
Morfologi Jamur
Jamur (fungi) merupakan suatu kelompok organisme yang mempunyai inti, tidak
berklorofil, mempunyai spora, umumnya berkembang biak secara seksual dan atau
aseksual, umumnya berbentuk filamen, struktur somatilnya bercabang-cabang,
dinding selnya terdiri dari sellulosa, kitin atau kombinasi dari antara
keduanya. (Schlegel dan Schmidt 1994). Aspergillus,
jamur ini kedapatan dimana–mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan
spora warnanya menjadi coklat kehijau-hijauan atau kehitam-hitaman. Miselium
yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi. Makanan yang kita biarkan
terbuka mudah sekali terkontaminasi Aspergillus
ini. Aspergillus fumigatus
menyebabkan penyakit paru-paru pada hewan dan kadang juga pada manusia. (Schlegel
dan Schmidt 1994). Rhizopus, beberapa spesies hidup sebagai saprofit dan
beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans terdapat dimana-mana.
Semula meseliumnya tampak seperti kelompok kapas, lama kelamaan koloni menjadi
berwarna kehitam-hitaman karena banyaknya sporagium dan spora. Rhizopus itu banyak mempunyai kesamaan
dengan mucor, hanya miselium Rhizopus yang menghasilkan alat-alat
berupa sekat dan spongarion. (Schlegel dan Schmidt 1994). Saccaromyces mempunyai
warna putih. Contoh yang dapat kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
pada proses pembuatan tuak dengan menggunakan Saccaromyces tuax. (Schlegel
dan Schmidt 1994).
2.4.
Morfologi Bakteri
Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu
golongan basil, kokus, dan spiril. Basil berbentuk serupa tongkat pendek silindris. Basil dapat
bergandeng panjang (streptobasil),
dua-dua (diplobasil), atau terlepas satu sama lain. Ujung-ujung basil yang
terlepas satu sama lain itu tumpul,,
sedang ujung yang masih bergandengan itu tajam. Kokus adalah bakteri yang
berbentuk seperti bola-bola kecil. Kokus ada yang bergandengan panjang serupa tali
leher (streptokokus), bergandengan dua-dua (diplokokus), mengelompok berempat
(tetrakokus), mengelompok merupakan suatu untaian (stafilokokus), sedang yang
mengelompok serupa kubus disebut sarcina. Spiril adalah bakteri yang bengkok
serupa spiral. Golongan ini jumlahnya paling sedikit diantara ketiga bentuk
bakteri di atas. (Dwidjoseputro, 1990)
2.5.
Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan pada mikroba dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan pewarnaan sederhana yaitu menggunakan larutan
tunggal methylen blue 0,1 % dan metode pewarnaan gram dengan 4 tahapan
pewarnaan; yang terdiri dari pemberian larutan gram A yaitu kristal violet
sebagai pewarnaan dasar, lalu larutan gram B yaitu iodium sebagai cat penguat,
larutan gram C yaitu ethyl alkohol 95% sebagai peluntur cat dan larutan gram D
safranin yang memberikan warna merah pada cat yang luntur (Cappucino dan
Natalie, 1983). Metode Pewarnaan Gram bertingkat adalah suatu cara kerja
pewarnaan yang paling berguna yang dilakukan dalam bakteriologi. Pewarnaan
dengan mengunakan cara kerja ini, maka bakteri dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Michael, 1988).
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial
yang berguna dan digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan ini merupakan tahap penting
dalam pencirian dan identifikasi bakteri.
Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram
negatife. Bakteri gram positif berwarna
ungu yang disebabkan kompleks zat warna kristal violet iodium tetap
dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat, sedangkan bakteri gram negative
berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat
dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah (Lay, 1994)
2.6.
Mikroskop
Mikroskop merupakan alat yang paling banyak
digunakan dan paling bermanfaat dalam mikroorganisme. Dengan alat tersebut akan
diperoleh pembesaran sehingga memungkinkan untuk melihat mikroorganisme dan
struktur yang tidak nampak oleh mata telanjang. Mikroskop memungkinkan pembesaran pada kisaran
seratus kalisampai ratusan ribu kali. Kategori mikroskop adalah mikroskop
cahaya (optis) dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya semuanya menggunakan
sistem lensa optis yang mencakup mikroskop medan terang, medan gelap, mikroskop
fluorensi dan mikroskop perbedaan fase ( fase kontras ). Mikroskop elektron
menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk memperoleh
bayangan yang diperbesar. (Waluyo, 2004 )
III. METODOLOGI
Praktikum
Mikrobiologi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2006 pukul
15.00-20.00 WIB dan Kamis tanggal 18 Mei 2006 pukul 13.00-17.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Biokomia Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Semarang.
3. 1.
Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum Mikrobiologi Umum adalah cawan
petri sebagai tempat agar cawan, tabung reaksi sebagai tempat agar miring,
erlenmeyer untuk meletakkan filtrat kentang dan sisa agar yang tidak
dipergunakan, pengaduk, autoklaf sebagai tempat untuk sterilisasi basah, oven
untuk sterilisasi kering, jarum ose untuk mengambil dan menggoreskan biakan
murni ke agar, bunsen sebagai pemanas pada saat proses pananaman, kaca objek
dan mikroskop untuk mengamati sel bakteri dengan lebih jelas, serta pipet tetes
dan pipet ukur. Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk NA, serbuk dextrose,
serbuk agar, aquades, alkohol, zat warna baik sederhana(methylene blue) maupun
gram yang terdiri dari kristal violet(gram A), yodium garam(gram B),
peluntur(gram C), safranin(gram D). Bakteri yang diamati adalah bakteri E.coli, Staphylococcus, Streptococcus, sedangkan
jamur yang diamati adalah Aspergillus, Rhizopus, Saccharomyces, dan Thricoderma.
3.2. Metode
3.2.1. Sterilisasi
Perlakuan sterilisasi peralatan, mula-mula
membersihkan cawan petri dan pengaduk dengan menggunakan alkohol, kemudian
mengeringkannya. Setelah itu disemprot
dengan cairan spirtus lalu
mengeringkannya. Membungkus cawan petri dan pengaduk dengan kertas koran, lalu
memasukkannya kedalam oven sampai suhu 171°C selama 1 jam.
Sterilisasi basah dilakukan dengan memasukkan agar
dan bahan-bahan lain ke dalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 1210
C pada tekanan 2 atm. Pada bahan yang terdapat di dalam tabung reaksi maupin
erlenmeyer maka sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf terlebih dahulu ujungnya ditutup dengan
kapas.
3.2.2. Pembuatan Medium
Medium yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah medium NA dan medium PDA. Cara pembuatan medium NA yaitu, dengan
melarutkan serbuk NA yang telah tersedia dengan aquades. Untuk membuat 1 liter
larutan NA dibutuhkan serbuk NA sebanyak 28 gr. kemudian dihomogenkan dengan
stirrer.
Pembuatan PDA yaitu, mula-mula membuat
filtrat kentang dengan cara mendidihkan kentang yang telah dipotong kecil-kecil
sebanyak 500 gr dalam aquades sebanyak 1 liter. Setelah itu filtrat yang
terbentuk dicampur dengan serbuk dextros dan serbuk agar, untuk 1 liter filtrat
dibutuhkan 20 gr serbuk dextros dan 20 gr serbuk agar. kemudian campuran
tersebut dihomogenkan dengan stirer sampai benar-benar homogen.
3.2.3. Penanaman dan Isolasi Jamur
Metode yang digunakan dalam penanaman
jamur dan bakteri pada medium agar cawan yaitu dengan penggoresan kuadran,
sedangkan pada medium agar miring dengan cara penggoresan secara zig-zag dari
dalam ke luar. Mula-mula membersihkan meja dengan spirtus dan kemudian
mengambil biakan murni jamur dan bakteri yang disediakan.
Pada medium agar cawan,
pengambilan biakan murni dengan cara memanaskan jarum ose pada bunsen sampai
memerah, setelah didinginkan beberapa detik baru digunakan untuk mengambil
biakan murni. kemudian digoreskan pada agar beberapa kali dengan satu arah.
Sebelum penggoresan kedua cawan petri diputar 90 0 dan jarum ose
dipanaskan lagi, lalu digoreskan pada ujung bagian akhir goresan pertama.
setelah itu cawan diputar 900 lagi dan dilakukan penggoresan ketiga
dengan jarum ose yang sudah dipanasi lagi dan dengan arah dari ujung akhir
goresan kedua. Untuk cawan petri diputar 900 lagi, tetapi goresan
keempat jarum ose tidak perlu dipanasi dan goresannya tidak menyentuh goresan
yang sebelumnya.
Penanaman pada agar miring
dilakukan dengan cara menggoreskan secara zigzag dari dalam ke luar. Proses
pengambilan biakannya sama dengan pengambilan biakan pada agar cawan.
3.2.4. Pengecatan Bakteri
Metode
yang dilakukan pada pengecatan bakteri adalah pewarnaan gram dan sederhana,
langkah pewarnaan gram adalah pertama pembersihan kaca objek melalui
sterilisasi dengan menggunakan alkohol 95%, kemudian mengeringkannya dengan
menggunakan kertas tissue. Setelah itu jarum ose disterilisasi dengan
memanaskannya di atas bunsen, kemudian mengambil sedikit air sebanyak satu sampai dua lup untuk
diteteskan pada kaca objek. Dilanjutkan dengan mengambil media bakteri dengan
jarum ose dan diratakan hingga tercampur dengan air. Setelah itu dilanjutkan
dengan fiksasi panas pada preparat, kemudian memberi warna gram A (ungu
kristal) selama satu menit, lalu
membuang kelebihan zat warna dan membilasnya dengan aquades. Kemudian
memberikan gram B (iodium) pada media bakteri, tunggu selama dua menit, buanglah kelebihan zat warna
kemudian membilas dengan aquades. Selanjutnya melakukan pemucatan dengan memberi alkohol 95 % (gram
C). Tahap akhirnya memberi safranin (gram D) selama 30 detik dan membuang
kelebihan zat warna , membilasnya dengan
air. Menyerap sisa – sisa air dengan kertas serap, kemudian ditetesi dengan
minyak emersi.
Pada
pewarnaan sederhana setelah mengambil dan melakukan fiksasi terhadap objek,
kemudian objek ditetesi larutan metilen biru 0,1 % selama 1-2 menit. Setelah itu membilas dengan aquades,
mengeringkan sisa aquades dengan tisu
dan menetesi dengan minyak emersi.
Meletakkan preparat
dimeja pentas pada mikroskop, sebelum itu lensa objektif dibersihkan dengan
larutan xylon dan diamati pada perbesaran 40x dan mengambarnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembuatan Medium
Médium yang digunakan untuk melakukan
inokulasi pada bakteri adalah médium yang dibuat dengan perbandingan aquades 100 ml dan 3,3 gram NA. NA yang
digunakan dalam praktikum sudah dalam bentuk bahan jadi. Penggunaan bahan
tersebut untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pleczar
(1988) dan Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa dasar makanan yang paling baik
bagi pemeliharaan dan pembiakan bakteri adalah medium yang mengandung zat-zat
organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa makanan atau ramuan-ramuan
yang dibuat oleh manusia.
Medium bagi
jamur adalah PDA. Pembuatan PDA menggunakan dextros, agar dan filtrat kentang 500
ml aquades dan 250 gram kentang untuk membuat filtrat kentang, selanjutnya
filtrat diambil sebanyak 130 ml dicampurkan dengan 2,6 gram dextrose dan 3,3
gram agar. Penggunaan dextrose pada
medium karena jamur ini akan tumbuh pada medium yang mengandung karbohidrat
sebagai nutrisi yang mudah dicerna energi pertumbuhannya hal ini sesuai dengan
pendapat Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik didalam medium, maka
medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroorganisme.
Tabel 1. Hasil Penanaman Mikroorganisme
Medium Warna biakan kontaminasi (+) atau (-)
|
NA Slant Culture
E. Coli putih (-)
Staphilococcus sp putih (-)
Bacillus sp putih (-)
NA Plate Culture
E. Coli
putih (-)
Staphilococcus sp putih (-)
Bacillus sp putih (-)
APDA Slant Culture
Saccaromyces putih (-)
Rhizopus
putih (-)
Aspergilus niger kuning hitam (+)
Penicilium kuning (+)
APDA Plate Culture
Saccaromyces putih (-)
Rhizopus putih (-)
Aspergilus niger hitam (+)
Penicilium kuning (+)
Sumber : Data Primer Praktikum
Mikrobiologi Umum, 2006
4.2. Penanaman dan Isolasi Mikroorganism
NA Plate Culture
E. Coli Staphilococcus
sp Bacillus sp
Warna putih Warna putih Warana
putih
Kontaminasi (-)
Kontaminasi (-)
Kontaminasi (-)
APDA Plate Culture
Saccaromyces
Aspergilus niger
Penicillium
Warna putih Warna hitam kekuningan Warna putih
Kontaminasi (-) Kontaminasi (+) Kontaminasi (-)
Trichoderma
Warna putih
Kontaminasi (-)
Metode yang digunakan pada
penanaman dan isolasi bakteri adalah dengan metode goresan, yaitu dengan cara
menyebar setitik biakan pada permukaan agar dicawan. Penanaman pada mikrobia
dilakukan dengan memindahkan bakteri dari médium asal ke médium yang baru
dibuat dengan menggunakan jarum ose. Bakteri Staphylococcus, Streptococcus, dan E. coli ditanam pada médium NA pada cawan petri maupun tabung reaksi dengan pengulangan
duplo. Begitu pula dengan penanaman jamur Rhizopus
sp, Aspergillus, Thricoderma dan Saccharomyces
menggunakan médium PDA pada cawan petri dan tabung reaksi dengan pengulangan
duplo. Penanaman dilakukan dekat dengan api bunsen dengan membuka sedikit tutup
médium untuk mencegah terjadinya kontaminasi inokulan dengan bakteri lain. Menurut Dwidjoseputro(1985) langkah pertama yang
harus diambil sebelum mengadakan inokulasi adalah mensterilkan medium serta
alat-alat perlengkapannya
4.3.
Pewarnaan Bakteri
4.3.1.
Pewarnaan sederhana
Staphylococcus Bacillus cereus
Warna ungu Warna biru
kemerahan
Bentuk bulat Bentuk
batang
Susunan Staphylo Susunan Mono
Gram (+) Gram (-)
4.3.2. Pewarnaan gram
Staphylococcus Bacillus cereus
Warna ungu Warna ungu
Bentuk bulat
Bentuk batang
Susunan tidak beraturan Susunan tidak
beraturan
Gram (+) Gram
(-)
Pewarnaan
sederhana diketahui bakteri Staphylococcus
memiliki bentuk bulat dengan susunan menyerupai anggur, sedangkan Bacillus berbentuk batang dengan susunan
rapat. Hasil pewarnaan gram diketahui bahwa Staphylococcus
berbentuk batang dengan susunan tidak beraturan, dan Bacillus berbentuk bulat dengan susunan tidak beraturan. Ini tidak sesuai
dengan pendapat Dwidjoseputro (1990)
yang menyatakan bahwa Staphylococcus
berbentuk bulat dengan bergerombol dan bacillus berbentuk silindris dengan
susunan terlepas satu sama lain. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan
pengamat atau karena terjadi kontaminasi dengan mikroba lain.
Selain itu diketahui pula bahwa kedua bakteri ini
merupakan bakteri gram positif, karena menghasilkan warna ungu pada saat
diamati, sesuai dengan pendapat Bibiana (1994) yang menyatakan bahwa bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan
kompleks zat warna kristal violet iodium tetap dipertahankan meskipun diberi
larutan pemucat.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Mikrobiologi Umum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa mikrobia dapat dikembangbiakkan pada
medium biakan cawan pada cawan petri maupun miring pada tabung reaksi. Penanaman
dan isolasi mikrobia pada medium padat dilakukan dengan cara penggoresan,
penggoresan zigzag digunakan pada agar miring dan penggoresan kuadran pada agar
cawan. Mikrobia dapat dilihat dengan menggunakan dua metode pengecatan yaitu
sederhana dan pewarnaan gram. Pada pewarnaan gram dapat membedakan bakteri yang
bersifat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, H.
Bryan., Charles, A. Bryan., Charles, G. Bryan. 1962. Bacteriology. Barnes and
Noble, New York.
Bibiana W.
Lay. 1994. Analisis Mikrobia di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Cappucino,
J. G. Dan Natalie S. 1983. Microbiology: A. Laboratory Manual. Addison wesley
Publishing Company, Sidney.
Dwidjoseputro.
1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Fardiaz,
S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Michael, J. 1988. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Badan Penerbit
Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Pelczar,
M. J. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Robinson, R. K. 1990. Dairy Microbiology, volume 2 the microbiology of milk
Product. London.
Schlegel, H. G dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi
Umum. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Waluyo,
L.2004. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UMM:
Malang
No comments:
Post a Comment