BAB I
PENDAHULUAN
Nata de coco adalah salah satu dari beberapa potensi air
kelapa yang banyak dikembangkan di Indonesia. Nata de coco adalah
hasil proses fermentasi air kelapa menggunakan Acetobacter xylinum.
Kandungan utama nata de coco adalah selulosa (Bergenia, 1982). Menurut
Krystinowicz dan Bielecki, selulosa bakterial mempunyai beberapa keunggulan
antara lain kemurnian tinggi, derajat kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan
antara 300 dan 900 kg/m3, kekuatan tarik tinggi, elastis dan terbiodegradasi
(Krystinowicz, 2001).
Dalam sel bakteri Acetobacter xylinum
pembentukan bioselulosa melalui beberapa tahap. Tahap pertama, glukosa diubah
menjadi glukosa 6-fosfat dengan bantuan enzim glukokinase. Tahap kedua, glukosa
6-fosfat dirombak menjadi glukosa-1-fosfat dengan bantuan enzim
fosfoglukomutase. Tahap ketiga, glukosa-1-fosfat dengan bantuan enzim
UDP-glukosa pirofospoliase menghasilkan UDP glukosa. Pada tahap keempat,
UDP-glukosa dengan bantuan enzim selulosasintase yang diaktifkan oleh siklik
di-GMP menghasilkan selulosa.
Semakin banyak perkembangbiakan
Acetobacter xylinum maka selulosa yang dihasilkan semakin banyak. Beberapa
diantaranya adalah penggunaan selulosa bakterial sebagai bahan diafragma
tranduser, bahanpencampur dalam industri kertas, karakterisasi sifat listrik
dan magnetnya, sebagai support untuk sensor glukosa dan sebagai membran
dialisis (Ighuci, 2000)
Membran adalah lapisan tipis berpori
yang memiliki sifat penghalang terhadap suatu materi. Membran memiliki sifat
transfer selektif yang artinya materi yang memiliki ukuran lebih besar dari pori membrane akan
tertahan dan materi dengan ukuran lebih kecil dapat melewati membran.
Menurut mulder membran dapat
dikelompokkan berdasarkan gaya
penggerak pada proses pemisahannya.
- Proses pemisahan dengan gaya penggerak tekanan
Membran memisahkan partikel-partikel terlarut dengan gaya penggerak tekanan merupakan rangkaian proses-proses
yang dirancang untuk memisahkan partikel-partikel terlarut atau tersuspensi
dengan ukuran berbeda menggunakan membran dengan ukuran pori yang tepat. Berdasarkan ukuran pori membran dan ukuran
partikel dapat dibedakan proses mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan osmosis balik.
- Proses pemisahan dengan gaya penggerak perbedaan konsentrasi
proses penyaringan berlangsung melalui difusi yaitu
migrasi suatu spesi akibat gradient konsentrasi. Zat terlarut suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi melewati membrane dan masuk ke dalam larutan
konsentrasi rendah. Aplikasi antara lain pada proses cuci darah dan penurunan
kadar alcohol pada industri bir.
- Proses pemisahan dengan gaya penggerak potensial listrik
Perbedaan potensial listrik digunakan untuk memisahkan
ion-ion dalam larutan. Misalnya pada pemurnian air laut, maka ion-ion positif
larutan akan bergerak ke kutub katoda dan ion-ion negative ke kutub anoda.
Proses perpindahan diseleksi oleh suatu membrane penghantar listrik.
- Proses pemisahan dengan gaya penggerak temperature
Ketika suatu membran memisahkan dua fase berdasarkan
temperatur, maka panas akan mengalir dari sisi temperatur tinggi ke sisi
temperatur rendah. Contoh aplikasi penggerak jenis ini adalah membran
distilasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran selulosa bakterial
mempunyai kecepatan permeasi yang lebih besar dibanding dengan selulosa
teregenerasi (selofan). Selain itu juga teramati perubahan struktur
membran dengan perlakuan alkali (Shibazaki, 1993).
Perkembangan teknologi membran saat ini telah meluas pada
berbagai kalangan, baik kalangan akademis maupun industri. Dibandingkan dengan
proses-proses pemisahan yang lain teknologi membran mempuyai beberapa
keunggulan, antara lain dalam hal energi, sederhana dan ramah lingkungan.
Keberhasilan proses pemisahan dengan membran tergantung pada kualitas membran
tersebut. Beberapa parameter yang penting dalam menentukan kualitas suatu
membran diantaranya yaitu mempunyai permeabilitas yang tinggi, permselektifitas
yang tinggi, stabil pada temperatur yang tinggi, kestabilan mekanik dan tahan
terhadap zat kimia yang akan dipisahkan (Mulder, 1996).
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh selulosa
bakterial, diperlukan suatu studi tentang kemungkinan penggunaan bakterial
selulosa sebagai membran pemisah jenis membran ultrafiltrasi. Membran ini
adalah salah satu jenis membran pemisah dengan gaya dorong beda tekanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji sifat fisik (densitas dan derajat swelling)
pada film tipisnata de coco sebagai membran ultrafiltrasi. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan material polimer pada
khususnya serta meningkatkan nilai tambah nata de coco sebagai material yang
bermanfaat.
BAB II
METODOLOGI
2. 1. Bahan dan Alat
2. 1. 1. Bahan :
Ø air kelapa
Ø gula pasir
Ø asam asetat
glasial
Ø NH2SO4
Ø NaOH
Ø aquades
Ø bakteri Acetobacter
xylynum yang ditanamkan dalam yeast extract agar yang diperoleh dari
laboratorium mikrobiologi Jurusan Biologi ITB.
2. 1. 2. Alat :
Ø nampan plastik
Ø neraca analitik
Ø sel ultrafiltrasi
Ø peralatan gelas.
2. 2. Pembuatan Nata de Coco.
Media fermentasi dalam
pembuatan nata de coco terdiri atas air kelapa sebanyak 1L dididihkan lalu
ditambahkan 6,7 g gula pasir dan 5 g (NH4)2SO4. Setelah dingin pH media
diatur sehingga mencapai 4 dengan menambahkan asam asetat glasial, kemudian
diinokulasi dengan starter dan diinkubasi pada suhu 30 – 32oC.
2. 3. Pemurnian Nata de Coco
Bentuk nata de coco hasil
fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan air mengalir selama 24 jam. Selanjutnya dicuci dengan NaOH
2% selama 1 jam pada suhu 80-90oC. Terakhir dicuci kembali dengan air sampai pH netral.
Gel yang telah dimurnikan selanjutnya di tekan-panas pada 120oC dengan tekanan
250 kgf/mm2 . Film yang diperoleh selanjutnya diperlakukan dengan
perendaman pada larutan alkali (NaOH 0-20%) sampai 24 jam, kemudian dicuci
kembali dengan air sampai pH netral.
2. 4. Uji Sifat Fisik
2. 4. 1. Uji Berat Jenis
Pengujian berat jenis dilakukan
dengan menimbang film kering nata de coco , kemudian hasilnya dibagi dengan
volume kering. Penentuan volume dilakukan dengan perkalian luas alas x tebal
film.
2.4. 2. Uji Derajat Swelling
Uji sifat fisik
yang dilakukan adalah derajat swelling. Uji ini dilakukan dengan
merendam film dalam air pada suhu ruang hingga tercapai kesetimbangan
penyerapan air. Film kemudian diangkat dari air dan dan derajat swelling dapat
dihitung dengan persamaan:
% swelling = BK-BA x 100 %
BA
dimana:
BK = Berat kesetimbangan
BA = Berat awal
2. 5. Karakterisasi Membran
2. 5. 1. Uji Fluks Air
Film yang diperoleh kemudian
dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 4,5 cm. Ukuran ini disesuaikan
dengan disain alat ultrafiltrasi. Penentuan fluks air diperoleh dengan mengukur
banyaknya volume air yang melewati tiap satuan luas permukaan membran per
satuan waktu. Fluks volume dinyatakan sebagai berikut:
Jv = V
At
dimana :
Jv = fluks volume (L/m2 jam)
A = luas permukaan (m2 )
t = waktu (jam)
Sebelum uji fluks
air, terlebih dahulu dilakukan kompaksi terhadap membran yang akan diuji.
Kompaksi dilakukan dengan mengalirkan air melewati membran hingga diperoleh
fluks air yang konstan .
2. 6. Uji Rejeksi
Membran dikarakterisasi dengan
mengukur fluks air dan koefisien rejeksi terhadap larutan uji dekstran T-500.
Penentuan fluks dilakukan setelah membran dikompaksi dengan tekanan 3 atm.
Koefisien rejeksi dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
R = (1-Cp/Cr) x100 %
dimana:
R = koefisien rejeksi
Cp= konsentrasi permeat
Cr = konsentrasi retentat
Penentuan koefisien rejeksi
diukur dengan metode spektrofotometri dimana larutan dekstran bagian permeat
maupun retentat diencerkan 25 kali, kemudian ditambah fenol 5% dan H2SO4 pekat dengan
perbandingan 1:1:5. Kemudian absorbansi permeat dan konsentrat diukur pada
serapan l=490 nm dengan Spectronic 20.
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3. 1. Proses Pembentukan Film Tipis Nata de Coco
Pembuatan film nata
de coco diawali dengan mencampurkan air kelapa dan gula kemudian ditambahkan
starter (bakteri Acetobacter xylinum dalam medium cair) setelah melalui
pendinginan pada suhu kamar. Setelah masa fermentasi selama 7 hari akan
terbentuk gel pada permukaan media cairnya. Gel yang terbentuk ini disebut pellicle.
Proses terbentuknya pellicle merupakan rangkaian aktifitas bakteri Acetobacter
xylinum dengan nutrien yang ada pada media cair. Karena Acetobacter
xylinum adalah bakteri yang memproduksi selulosa, maka nutrien yang
berperan adalah nutrien yang mengandung glukosa.
Dalam penelitian
ini nutrien yang mengandung glukosa adalah air kelapa dan gula pasir. Pada gula
pasir, glukosa terbentuk melalui reaksi hidrolisis sukrosa dengan air. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut Glukosa yang berperan dalam pembentukan
selulosa adalah glukosa dalam bentuk b sehingga semua
glukosa yang ada dalam bentuk a akan diubah
dalam bentuk b. Melalui enzim isomerase
yang berada pada bakteri Acetobacter xylinum. Tahap berikutnya
glukosa berikatan dengan glukosa yang lain melalui ikatan 1,4 b-glikosida.
Tahap terakhir adalah tahap polimerisasi yaitu pembentukan selulosa.
Polimerisasi ini terjadi melalui enzim polimerisasi yang ada pada bakteri Acetobacter
xylinum.
Pada proses pemurnian
dilakukan pencucian dengan air dan perendaman dalam NaOH 2%. Pemurnian ini
bertujuan untuk menghilangkan komponen-komponen non-selulosa dan sisa bakteri
yang masih ada. Komponen-komponen non-selulosa ini diperkirakan akan
menghalangi ikatan hidrogen yang terjadi antar rantai molekul selulosa yang
mengakibatkan terhadap menurunnya kekuatan sifat mekanis selulosa.
3. 2. Sifat Fisik Film/Membran
Ada dua parameter yang dipakai
untuk uji ini yaitu berat jenis dan derajat penggembungan (swelling).
Gambar 2 dan 3 menunjukkan besarnya pengaruh konsentrasi NaOH terhadap kedua
sifat fisik yaitu berat jenis dan derajat penggembungan.Kurva berat jenis film
nata de coco terhadap besarnya konsentrasi NaOH (Gambar 2) menunjukkan kenaikan
berat jenis sampai pada konsentrasi NaOH 6%, kemudian
menurun pada konsentrasi berikutnya.
Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan film dengan larutan NaOH akan menambah kemurnian
selulosa yang dihasilkan sehingga hubungan antar rantai molekul selulosa
semakin kuat. melalui ikatan hidrogen. Kurva dari berat jenis tersebut juga
menunjukkan kesesuaian dengan kurva derajat penggembungan. (Gambar 3). Pada
kurva derajat penggembungan terlihat adanya
kecenderungan turun sampai pada konsentras NaOH 6%, kemudian pada
konsentrasi berikutnya cenderung naik.
Pada konsentrasi NaOH 6% berat jenis menunjukkan harga yang maksimum,
sebaliknya derajat penggembunga menunjukkan harga minimum.
Kesesuaiannya
terletak pada hubungan yang berbanding terbalik antara berat jenis dan derajat
penggembungan. Berat jenis yang tinggi menunjukkan struktur yang rapat ,
sehingga proses difusi air ke dalam film nata de coco lebih sulit. Hal ini ditunjukkan pada harga
derajat penggembungan yang rendah selulosa
3. 3. Karakter Membran
Kompaksi
Tahap pertama
yang dilakukan untuk mengetahui kinerja membran adalah melakukan uji kompaksi.
Uji ini untuk memperoleh harga fluks air
yang konstan pada tekanan operasional yang diberikan yaitu 3 atm. Hasil yang
diperlihatkan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa terjadi penurunan fluks sampai
menit kedua puluh, dan selanjutnya nilai fluks relatif konstan.
Penurunan fluks
air terjadi karena adanya deformasi mekanik pada matriks membran akibat tekanan
yang diberikan. Pada proses deformasi ini terjadi pemadatan pori film sehingga nilai fluks menjadi turun.
Studi tentang kompaksi paling banyak dipakai untuk membran reverse
osmosis(RO) karena tekanannya yang tinggi.
3. 4. Fluks Air
Fluks air atau
kecepatan permeasi merupakan salah satu parameter yang menentukan pada kinerja
membran.. Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi NaOH sampai 6%
mengakibatkan turunnya harga fluks, sedang untuk konsentrasi selebihnya
cenderung naik kembali Besarnya nilai
fluks air ditentukan oleh banyaknya pori dan
ukuran pori.
Seperti uraian
pada sifat fisik diatas, perlakuan dengan larutan NaOH sampai konsentrasi 6%
meningkatkan kemurnian selulosa yang dihasilkan sehingga hubungan antar rantai
dalam selulosa semakin kuat melalui ikatan hidrogen antar rantai. Akibat
kekuatan ikatan hidrogen pada film dengan perlakuan larutan NaOH 6% struktur
menjadi lebih rapat sehingga nilai fluks air menjadi makin kecil.
3. 5. Koefisien Rejeksi Zat Terlarut
Pada penelitian
ini zat terlarut yang dipakai sebagai larutan uji adalah Dekstran 500-T atau
dekstran dengan berat molekul 500.000 dalton. Pemilihan larutan uji ini karena
penggunaan membran ultrafiltrasi untuk memisahkan makromolekul dari suatu
larutan. Berat molekul (BM) dari makromolekul tersebut antara 10 4 – 10 6 dalton.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil
parameter- parameter uji film nata de coco menunjukkan bahwa film nata de coco
mengalami perubahan sifat struktur dengan adanya pengaruh NaOH. Hal ini
mengakibatkan perubahan sifat fisik, kinerja membran. Hasil uji sifat fisik
menunjukkan bahwa film nata de coco dengan perlakuan NaOH 6% memberikan harga
berat jenis yang paling besar yaitu 1,801 g/cm 3 dan derajat swelling paling
kecil yaitu 135,5 %.
Hasil Uji fluks
air menunjukkan kecenderungan menurun dengan bertambahnya konsentrasi NaOH sampai
pada konsentrasi 6%, konsentrasi berikutnya cenderung naik kembali, sedangkan
harga koefisien rejeksinya menghasilkan harga yang fluktuatif dengan
bertambahnya konsentrasi NaOH. Penelitian ini masih memerlukan kajian lebih
lanjut, terutama untuk memperbaiki kinerjanya sebagai membran.
Parameter-parameter lain seperti suhu, pH, penambahan aditif merupakan
parameter yang akan diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Bergonia H.A., 1982. Reverse osmosis of coconut water
through cellulose acetat membrane, Proocedings of the second ASEAN workshop
Membrane Technology.
Iguchi M., 2000. Review Bacterial Cellulose-A Masterpiece of
Nature’s Arts, , J. Material Science, 35.
Krystynowicz, 2001. Biosynthesis of Bacterial Cellulose and
its Potential Application In The Different Industries,
.Shibazaki H., 1993. Bacterial Cellulose Membrane As
Separation Medium, J. of Appied Polymer Science, 50.
Mulder M., 1996. Basic principles of Membrane Tecnology,
2 nd edition, kluwer academic Publisher.
No comments:
Post a Comment