PERCOBAAN VI
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
ABSTRAK
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Mempelajari
pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat.
II. DASAR TEORI
2.1. Garam
Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan
hasil reaksi asam dan basa yang dapat
bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat menghantarkan listrik.
Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik yang lebih tinggi dari
pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida dari logam alkali
dan alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa kadmium, dan berilium
adalah garam lemah.
Ditinjau dari
sifat-sifat hasil pembentukannya, garam dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.
Garam netral
Garam netral merupakan garam yang
terbentuk dari reaksi antara asam dan basa secara sempurna.
Contoh: NaCl yang dibentuk dari reaksi
antara asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH).
2.
Garam asam
Garam asam merupakan garam yang
terbentuk jika sebagian hidrogen asam yang mampu digusur oleh logam atau kation
lain.
Contoh: NaHCO3, NaHSO4.
3.
Garam basa
Garam basa merupakan garam yang
terbentuk apabila tidak semua gugus OH dari basa tersusun oleh suatu radikal
asam.
Contoh: Mg(OH)Br, Bi(OH)2Cl.
(Arsyad, 2001)
2.2. Garam rangkap dan
garam kompleks.
Berdasarkan keadaan-keadaan ketika dilarutkan
dalam sebuah pelarut,
garam dapat diklasifikasikan menjadi 2:
1.
Garam kompleks
Garam kompleks merupakan garam-garam
yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan. Misalnya: Co(NH3)Cl3,
K3Fe(CN)6.
2.
Garam rangkap
Garam rangkap merupakan garam yang
merupakan campuran bermacam-macam ion sederhana yang akan mengion apabila
dilarutkan kembali. Garam rangkap terbentuk melalui kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekuivalen atau lebih garam tertentu dengan perbandingan
tertentu pula. Garam ini memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan
struktur garam komponennya.
Contoh: FeSO4(NH4)2SO4.5H2O
K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
(Rivai,
1995)
2.3 Senyawa kompleks
Kompleks
merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul/ atom donor elektronnya)
membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi dengan suatu
atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri
bertindak sebagai akseptor donor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula
kompleks-kompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak
berwarna, serta bersifat paramagnetik.
Kompleks
merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau gugus atom donor
elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi dengan ion atom pusat. Ligannya
sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak selaku
akseptor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut
mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik,
syarat terbentuknya senyawa kompleks:
a.
Lebih mudah terbentuk jika
jari-jari ion atau atom pusatnya kecil tetapi memiliki muatan besar.
b.
Ion tersebut mempunyai orbital
kosong dengan tingkat tenaga yang hampir sama.
(Arsyad, 2001)
Terbentuknya senyawa
kompleks dibagi atas 2:
1.
Atom pusat menerima elektron sehingga membentuk
orbital yang stabil dan tiap orbital
yang stabil ini memiliki sepasang elektron dengan spin berlawanan.
2.
Atom pusat menerima
molekul-molekul koordinasi yang cukup sehingga molekul-molekul yang mempunyai
atom pusat tadi membentuk struktur yang simetris yang biasanya berupa kubus
tetrahedron dan oktahedron.
Misal: CuSO4.5H2O
+ 4NH3 Cu(NH3)4SO4.
(Cotton,
1992)
2.4. Kompleks Werner dan Kompleks
logam karbonil
Kompleks
Werner adalah kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks
sianida. Kompleks logam karbonil adalah kompleks yang paling sedikit berisi
ikatan logan
karbon. Senyawa golongan ini tidak mempunyai sifat garam seperti garam kompleks
Werner dan bersifat kovalen. Umumnya larut dalam pelarut non polar, mempunyai
titik leleh dan titik lebur rendah.
(Sukardjo, 1992)
2.5. Kompleks Inert dan Labil
Suatu kompleks disebut labil apabila ligannya
dapat diganti dengan ligan lain secara rapat, disebut inert apabila penggantian
ini berjalan secara lambat. Walaupun biasanya kompleks yang stabil bersifat
inert dan kompleks yang tidak stabil, nama sebenarnya antara kediuanya tidak
ada hubungan.
(Sukardjo, 1992)
2.6. Stabilitas kompleks
Adalah kestabilan ion-ion kompleks secara
kuantitatif, diantaranya dipengaruhi oleh:
a.
Ion pusat
- Besar dan muatan dari ion
makin besar perbandingan muatan jari-jari
maka makin stabil kompleks yang dibentuk.
-
Faktor CFSE
-
Faktor distribusi muatan
b.
Ligan
-
Besar dan muatan dari ion
Semakin besar muatan dan jari-jarinya
semakin kecil maka semakin stabil kompleks yang dibentuk.
-
Sifat basa
makin basa logam maka makin stabil
kompleks.
-
Faktor pembentuk Chellat
-
Faktor besarnya lingkungan
-
Faktor ruang.
(Sukardjo,
1985)
2.7. Ligan
Ligan merupakan spesies yang memiliki atom
yang dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat
tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion
logam merupakan asam lewis.
Kebanyakan
ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor electron. Ada beberapa jenis ligan
yaitu:
1.
Ligan monodentat
Ligan seperti ini menyumbangkan
sepasang electron kepada sebuah atom ligan, umumnya adalah I-, Cl-,
Br-, CN-, NH3, H2O, OH, dan
lain-lain.
2.
Ligan bidentat
Ligan seperti ini mengandung dua atom
yang masing-masing secara serempak membentuk dua donor elektron kepada ion
logam yang sama.
Contoh: diammine, difosfin.
3.
Ligan polidentat
Ligan ini mengandung lebih dari dua
atom yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan ion logam yang sama,
biasanya disebut ligan Chellat.
Contoh: EDTA.
(Cotton,
1992)
2.8. Teori medan ligan
Untuk memahami kation antara struktur elektron
dengan sifat ion dan molekul kompleks. Uraian tentang struktur electron
dikembangkan menurut teori medan
kristal dan teori ligan. Dalam teori medan
ligan yang asli, efek netto dari setiap ligan dianggap sebagai suatu muatan
negatif yang menolak elektron-elektron ion atau atom pusat. Teori medan ligan bukan hanya
menimbang penolakan muatan ini, tetapi juga mempertimbangkan sifat kovalen dari
ikatan antara ligan dan ion atau atom pusat.
Sifat ligan, entah itu suatu molekul netral
atau ion negatif, menyumbang sepasang electron untuk membentuk sebuah ikatan
dengan ion atau atom pusat. Gaya
yang diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh electron-elektron ini, dan oleh
muatan netto ligan-ligan disebut medan
ligan.
(Keenan,
1991)
2.9. Hibridisasi pada ion [Cu(NH3)4]2+
Ion kompleks [Cu(NH3)4]2+
termasuk ion kompleks planar segi empat yang membentuk ikatan hibrida dsp2.
data eksperimen memberi petunjuk bahwa ion [Cu(NH3)4]2+ mempunyai bentuk geometri planar segi empat
dan sepasang electron yang tidak berpasangan. Hibridisasi yang terjadi pada ion
[Cu(NH3)4]2+ adalah seperti berikut:
29Cu= [Ar] 3d10 4s1
[Ar]
3d 4s
Cu2+= [Ar]
3d9 4s
[Ar] [Ar
4s 4p 4d
Cu2+ dalam
ion [Cu(NH3)4]2+
[Ar]
3d dsp2 4p 4d
(Syarifuddin,
1994)
2.10. Reaksi ion tembaga
(II)
Larutan
ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit, maka akan terbentuk
endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
2Cu2+ + SO4 + 2NH3
+ 2H2O Cu
(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Yang larut dalam reagensia berlebihan,
dimana terjadi warna biru tua, yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
tetraammin kuprat(ll)
Cu(OH)2. CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+
+ SO42- + 2OH-
Jika larutan
mengandung garam ammonium (atau larutan itu sangat asam dan ammonia yang
dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tidak terjadi sama
sekali, tetapi warna biru langsung terbentuk.
Ion
tembaga juga dapat membentuk akuo komplek [Cu(H2O)4 ]2+
rumus umum yang biasanya berupa tembaga sulfat pentahidrat [Cu(H2O)4
], [SO4(H2O)] atau CuSO4.5H2O.
(Vogel, 1990)
2.11. Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pengubahan
cairan menjadi padatan dengan cara cairan tersebut dilarutkan dalam pelarut
panas kemudian didinginkan. Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
memperoleh kristal yang bebas dari pengotornya. Kristalisasi dilakukan dengan
pelarut yang tepat.
Tahap-tahap kristalisasi:
a.
melarutkan zat dalam pelarut
panas
b.
menyaring larutan panas untuk
menghilangkan kotoran yang tidak larut
c.
mendinginkan larutan dan
mengendapkan kristalnya
d.
menyaring larutan yang dingin
untuk memisahkan kristal dari larutan
e.
mencuci kristal untuk
menghilangkan pelarut yang melekat
f.
mengeringkan kristal untuk
menghilangkan sisa pelarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
kristalisasi;
1.
Temperatur
Temperatur meningkat maka kristal sulit
dibentuk
2.
Konsentrasi
Konsentrasi besar maka kristal sulit
dibentuk.
3.
Tekanan
Tekanan akan mempengaruhi konsentrasi
4.
Ion sejenis
Kelarutan meningkat dengan adanya ion
sejenis menyebabkan kristal sulit dibentuk.
(Wilcox,
1985)
2.12. Proses kristalisasi
Proses kristalisasi dapat dibagi menjadi 4
macam yaitu;
·
Pengkristalan dengan
pendinginan
Metode ini diterapkan pada zat terlarut
yang akan mengalami perubahan kelarutan besar bila suhu diturunkan.
·
Pengkristalan dengan penguapan
Metode ini diterapkan pada larutan
dengan zat terlarut tidak akan mengalami perubahan kelarutan besar apabila suhu
diturunkan.
·
Pendinginan dengan adiabatik
Metode ini merupakan gabungan antara
metode pengkristalan dengan pendinginan dan pengkristala dengan penguapan.
Pendinginan bertujuan memperkecil daya larut sedangkan penguapan bertujuan
memperkecil tekanan total permukaan sehingga lebih kecil daripada tekanan uap
pada suhu tersebut.
·
Pengkristalan dengan salting
out
Metode ini merupakan pengkristalan dengan penambahan zat
baru untuk menurunkan zat terlarut dengan tidak ada pendinginan dan penguapan.
(Brady,
1987)
Dalam proses lanjut kristalisasi maka
digunakan sebuah pelarut tertentu dengan pemilihan mengacu pada daya larut
antara zat yang dimurnikan dengan kotoran yang diperkirakan masih tertinggal.
Beberapa persyaratan pelarut yang dapat digunakan dalam proses lanjut
krisataslisasi antara lain:
-
pelarut tersebut memberikan
perbedaan daya larut yang cukup besar antara
zat yang dimurnikan dengan zat pengotor.
-
Tidak meninggalkan zat pengotor
pada kristal
-
Mudah dipisahkan dari kristal
-
Bersifat inert (tidak mudah
bereaksi dengan kristal).
(Cahyono,
1991)
2.13.
Pengaruh penurunan suhu terhadap terjadinya kristal
§ Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuhnya
inti kristal lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal, sehingga
kristal yang diperoleh kecil-kecil, rapuh dan banyak.
§ Bila penurunan suhu dilakukan perlahan-lahan maka kecepatan
pertumbuhan kristal lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan inti kristal,
sehingga kristal-kristal yang dihasilkan besar-besar, liat dan elastis.
(Austin, 1986)
2.14. Sturuktur morfologi
dan kemurnian endapan
Endapan dapat disaring dan dicuci tergantung
pada sturtur morfologi endapan adalah pada bentuk dan ukuran kristalnya. Makin
besar kristal yang terbentuk saat berlangsungnya pangendapan, makin mudah
disaring dan makin cepat krustal-kristal itu akan turun ke bawah keluar dari
larutan. Struktur yang sederhana seperti kubus oktahedral. Jarum-jarum sangat
menguntungkan karena meski dicuci setelah disaring kristal dengan stuktur yang
lebih kompleks yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang akan menahan
cairan.
Ukuran dibentuk kristal dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a.
laju pembentukan inti
laju pembentukan inti dinyatakan dengan
jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu, jika laju pembentukan inti
tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tapi tak satupun akan tumbuh
menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
b.
Laju pertumbuhan kristal
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor
lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
berlangsung. Jika laju tinggi, kristal-kristal besar terbentuk, laju
pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
(Vogel,
1990)
2.15. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian padatan (dalam bentuk
serbuk) yaitu dengan mengulang kristalisasi agar diperoleh zat kristal murni,
kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut, pelarut yang umum
digunakan untuk tujuan kristalisasi adalah air, metal alkohol, etil alkohol,
etil asetat, aseton, etil eter, kloroform, benzen, karbon tetraklorida (CCl4).
(S.M.
James, 1967)
2.16. Analisa bahan
2.16.1. CuSO4. 5H2O
(kupri sulfat pentahidrat)
a. Sifat fisik
Ø Berat molekul: 159,61 g/mol
Ø Komposisi Cu: 39,81% ; O: 40% ; S: 20,09%
Ø Larut dalam air
Ø Tidak alrut dalam alcohol
Ø Densitas: 3,6 g/ml
Ø Bersifat higroskopis
(Budaveri,
1976)
b.
sifat kimia
- ----> CuO + H2SO4 CuSO4. 5H2O
(Achmadi,
1994)
2.16.2. (NH4)2SO4 (ammonium sulfat)
Sifat-sifat (NH4)2SO4
sebagai berikut:
Ø Padatan rombus putih
Ø Mengurai pada temperatur 235oC
Ø Sangat larut dalam air tidak larut dalam etanol
(Daintith,
1994)
Ø Kristal abu-abu kecoklatan hingga putih yang larut dalam air, akan
tetapi tidak larut dalam aseton/ alkohol. Amonium sulfat dibuat dari reaksi
uap-uap amoniakal destilasi destruktif
batubara dengan H2SO4 dan dikristalkan. Banyak
digunakan sebagai pupuk, untuk pemurnian air, industri, penyamakan dan zat
aditif makanan.
Ø Densitas: 1,77 g/ml
Ø Titik leleh: 513oC.
(Arsyad,
2001)
Ø 2NH3 + H2SO4
----> (NH4)2SO4
(Achmadi,
1994)
2.16.3. NH3
(amoniak)
Ø Berwujud gas, tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat dan khas,
dapat larut dalam air, menghasilkan larutan alkali, digunakan sebagai larutan
pendingin, dapat digunakan sebagai pupuk.
(Pringgodigdo, 1990)
Ø Berat molekul: 17 g/mol
Ø Berat jenis: 0,91 g/ml
(budaveri, 1976)
2.16.4. H2O (aquades)
Ø Densitas 1 g/ml
Ø Berat molekul: 18 g/mol
Ø Titik didih: 100oC
Ø Titik leleh: 0oC
Ø Larut dalam alkohol dan eter
Ø Pelarut universal
Ø Tidak berbau, tidak berasa, merupakan basa lemah
(Elizabeth,
1961)
2.16.5. C2H5OH
(etanol)
Ø Berat molekul: 46,07 g/mol
Ø Cairan encer tidak berwarna, berbau wangi, berasa pedas
Ø Titik didih: 78,3oC
Ø Berat jenis: 0,79 g/ml
Ø Titik leleh: -114,5oC
Ø Mudah terbakar, larut dalam air,alkohol dan eter.
(Basri,
1996)
C6H12O6 ---> 2C2O5OH +
2CO2
(Achmadi, 1994)
sangat membantu sob postingannya,,,, trimakasih,,
ReplyDeleteKunbal,, chemist-try.blogspot.com
g' lengkap
ReplyDeletesmoga dapat sedikit membantu teman teman... ^_^
ReplyDeletesangat membantu sekali artikel ini.
ReplyDeletembak, minta sumber daptar pustakanya boleh gak ya???